Routing Dinamis (Pengertian, konsep dan cara kerja, protocol, jenis, ciri)
Pengertian Routing Dinamis (Dinamic Routing)
Routing dinamis adalah metode pengaturan jalur atau rute dalam jaringan komputer yang menggunakan protokol routing untuk secara otomatis memperbarui dan mengelola tabel routing. Dalam routing dinamis, router bertukar informasi tentang topologi jaringan, status koneksi, dan metrik (nilai yang menunjukkan kualitas jalur) dengan router tetangga.
Protokol routing dinamis seperti Routing Information Protocol (RIP), Open Shortest Path First (OSPF), Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP), dan Border Gateway Protocol (BGP) digunakan untuk mengatur pertukaran informasi dan menghitung jalur terbaik ke tujuan dalam jaringan.
Routing dinamis memungkinkan jaringan untuk beradaptasi dengan perubahan topologi secara otomatis. Jika ada perubahan dalam jaringan, seperti penambahan atau penghapusan perangkat atau jaringan baru, router akan berkomunikasi dengan router tetangga untuk memperbarui tabel routing dengan informasi terbaru. Ini memastikan bahwa paket data dikirim melalui jalur yang paling efisien dan aktif.
Keuntungan dari routing dinamis termasuk kemampuan adaptasi terhadap perubahan, skalabilitas yang baik dalam jaringan yang lebih besar, dan kemampuan load balancing untuk membagi lalu lintas secara seimbang di antara jalur-jalur yang tersedia. Namun, routing dinamis memerlukan konfigurasi dan pengaturan yang lebih kompleks daripada routing statis, serta memiliki overhead yang lebih tinggi karena pertukaran informasi routing yang berkelanjutan antara router.
Memahami Prinsip Kerja Routing Dimanis
Bayangkanlah routing dinamis sebagai sebuah sistem navigasi yang cerdas di jalan raya. Ketika kita mengendarai mobil, kita ingin mencapai tujuan kita dengan cepat dan efisien. Nah, routing dinamis adalah seperti asisten navigasi yang membantu kita menemukan jalur tercepat.
Jadi, dalam jaringan komputer, router bertindak seperti asisten navigasi. Mereka bertukar informasi dengan router tetangga untuk mengetahui jalan mana yang paling baik untuk mengirimkan data. Mereka berbicara satu sama lain dan berkata, "Hey, saya punya beberapa jalan yang bagus untuk mencapai tujuan kita. Bagaimana denganmu?"
Setiap router memberi tahu yang lain tentang jaringan yang mereka kenali, seperti jalan-jalan kecil di sekitarnya. Mereka juga memberi tahu tentang kondisi jalan tersebut, apakah lancar atau macet. Berdasarkan informasi ini, router dapat memilih jalur terbaik untuk mengirim data.
Yang menarik adalah, router terus-menerus berkomunikasi dan memperbarui informasi ini secara otomatis tidak seperti dengan routing statis. Jika ada perubahan, seperti jalan yang ditutup atau jalur baru yang muncul, mereka memberi tahu satu sama lain sehingga rute yang paling efisien dapat ditemukan.
Dengan menggunakan routing dinamis, data kita bisa sampai ke tujuan dengan cepat dan aman. Jika ada masalah di salah satu jalur, router akan menemukan jalur alternatif yang lebih baik.
Jadi, routing dinamis mirip dengan sistem navigasi yang cerdas. Ini memungkinkan router untuk berkomunikasi, bertukar informasi, dan memilih jalur terbaik untuk mengirim data dalam jaringan komputer.
Protocol Routing Dinamis
Berikut adalah beberapa jenis protokol routing dinamis yang umum digunakan dalam jaringan komputer:
1. Routing Information Protocol (RIP):
Routing Information Protocol (RIP) adalah salah satu protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan komputer. Tujuan utama RIP adalah untuk mengirimkan informasi routing antara router di dalam jaringan yang menggunakan RIP. Protokol RIP ini beroperasi pada layer jaringan (Layer 3) dalam model referensi OSI.
RIP menggunakan algoritma hop count untuk menentukan jalur terpendek ke tujuan. Hop count adalah jumlah router yang harus dilewati oleh paket data untuk mencapai tujuan. Setiap router dalam jaringan yang menggunakan RIP menghitung jumlah hop menuju tujuan tertentu dan mengirimkan informasi tersebut ke router tetangga.
RIP juga memiliki batasan maksimum hop count yaitu 15 hop. Jika suatu rute memiliki hop count lebih dari 15, rute tersebut dianggap tidak dapat dicapai (unreachable) dalam tabel routing. Hal ini menjadi batasan dari RIP karena tidak dapat mengatasi jaringan yang sangat besar.
Selain itu, RIP memiliki dua versi utama: RIP v1 dan RIP v2. RIP v1 adalah versi awal yang memiliki batasan dalam pengiriman informasi subnet mask, sehingga hanya mendukung pengiriman informasi routing berdasarkan kelas jaringan. Sedangkan RIP v2 adalah versi yang diperbarui dengan kemampuan pengiriman informasi subnet mask yang lengkap, sehingga mendukung pengalamatan jaringan yang lebih fleksibel.
Meskipun RIP masih digunakan dalam beberapa jaringan, terutama pada jaringan kecil atau sederhana, RIP cenderung digantikan oleh protokol routing dinamis yang lebih canggih seperti OSPF atau EIGRP yang mampu mengatasi jaringan yang lebih besar dan kompleks.
Prosedur dan Teknik yang digunakan Routing RIP
Mari kita berikan contoh kasus sederhana yang menunjukkan prosedur dan teknik yang digunakan dalam routing RIP:
Kita bayangkan sebuah jaringan lokal yang terdiri dari empat router yang menggunakan protokol RIP: Router A, Router B, Router C, dan Router D. Setiap router terhubung dengan beberapa subnet yang berbeda.
Prosedur dan teknik yang digunakan dalam routing RIP dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumuman Routing:
- Router A mengumumkan subnet 192.168.1.0/24 dengan hop count 1.
- Router B mengumumkan subnet 192.168.2.0/24 dengan hop count 1.
- Router C mengumumkan subnet 192.168.3.0/24 dengan hop count 1.
- Router D mengumumkan subnet 192.168.4.0/24 dengan hop count 1.
2. Pertukaran Informasi Routing:
- Router A mengirim pesan RIP ke Router B, Router C, dan Router D yang berisi tabel routingnya.
- Router B, Router C, dan Router D juga mengirim pesan RIP ke Router A yang berisi tabel routing mereka.
- Pesan RIP ini berisi informasi tentang subnet yang diketahui oleh masing-masing router beserta hop count-nya.
3. Pembaruan Tabel Routing:
- Setelah menerima pesan RIP dari router tetangga, setiap router RIP memperbarui tabel routingnya dengan informasi yang diterima.
- Misalnya, Router A menerima informasi dari Router B bahwa subnet 192.168.2.0/24 dapat dicapai dengan hop count 1.
- Router A akan memperbarui tabel routingnya dengan rute baru ini jika hop count lebih rendah daripada rute sebelumnya.
4. Konvergensi:
- Setelah beberapa putaran pertukaran pesan RIP, semua router mencapai kesepakatan tentang tabel routing yang konsisten.
- Misalnya, setiap router mengetahui jalur terpendek ke setiap subnet dalam jaringan berdasarkan hop count yang diterima.
5. Timeout dan Penyingkiran:
- Jika Router A tidak menerima pembaruan dari Router B dalam periode waktu tertentu, Router A akan menganggap jalur ke subnet 192.168.2.0/24 tidak dapat dicapai dan menghapusnya dari tabel routingnya.
Dengan menggunakan prosedur dan teknik ini, router dalam jaringan RIP dapat bertukar informasi, memperbarui tabel routing, dan mencapai konvergensi untuk memastikan pengiriman data yang optimal di seluruh jaringan.
2. Open Shortest Path First (OSPF):
Open Shortest Path First (OSPF) adalah protokol routing dinamis yang digunakan dalam jaringan komputer. OSPF dirancang untuk menghitung jalur terpendek (shortest path) secara efisien berdasarkan informasi topologi jaringan. Protokol OSPF beroperasi pada layer jaringan (Layer 3) dalam model referensi OSI.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang OSPF:
1. Algoritma Dijkstra: OSPF menggunakan algoritma Dijkstra untuk menghitung jalur terpendek berdasarkan metrik tertentu, seperti bandwidth, delay, atau beban jaringan. Dalam OSPF, setiap router menghitung jalur terpendek ke tujuan menggunakan informasi topologi yang dikumpulkan dan dipertukarkan dengan router tetangga.
2. Area dan Backbone: Jaringan OSPF dapat dibagi menjadi area- area untuk mengatur skala dan kompleksitas. Setiap area memiliki satu atau beberapa router yang bertindak sebagai Area Border Router (ABR). Semua area dihubungkan melalui Backbone Area (Area 0), yang bertindak sebagai tulang punggung (backbone) dari jaringan OSPF.
3. Database Topologi Link-State: Setiap router OSPF menyimpan database topologi link-state (Link-State Database), yang berisi informasi tentang semua link dan router di dalam area OSPF. Database ini memungkinkan setiap router untuk memahami topologi jaringan secara keseluruhan dan menghitung jalur terpendek berdasarkan informasi tersebut.
4. Konvergensi Cepat: OSPF memiliki kemampuan untuk konvergensi yang cepat, artinya router dapat dengan cepat mencapai kesepakatan tentang tabel routing yang konsisten. Jika ada perubahan dalam topologi jaringan, OSPF akan secara efisien menghitung dan memperbarui tabel routing untuk mencerminkan perubahan tersebut.
5. Ketersediaan dan Redundansi: OSPF mendukung konsep ketersediaan dan redundansi dengan memungkinkan adanya jalur alternatif (backup) ke tujuan yang sama. Jika jalur utama gagal, OSPF secara otomatis akan memilih jalur alternatif yang tersedia untuk mempertahankan konektivitas jaringan.
6. Keamanan: OSPF dapat dikonfigurasi dengan fitur keamanan, seperti autentikasi, untuk memastikan bahwa hanya router yang sah yang dapat berpartisipasi dalam pertukaran informasi OSPF.
OSPF digunakan secara luas dalam jaringan yang lebih besar dan kompleks, seperti jaringan perusahaan atau penyedia layanan internet, karena kemampuannya untuk mengatasi skala yang besar dan menghitung jalur terpendek secara efisien. Protokol ini memberikan kinerja yang baik, konvergensi cepat, dan kemampuan untuk mengoptimalkan pengiriman data dalam jaringan komputer.
Prosedur dan Teknik Routing OSPF
Mari kita uraikan prosedur dan teknik kerja protokol routing OSPF dalam contoh kasus jaringan yang sederhana:
Misalkan kita memiliki jaringan lokal dengan empat router yang menggunakan protokol OSPF: Router A, Router B, Router C, dan Router D. Setiap router terhubung dengan beberapa subnet yang berbeda.
Prosedur dan teknik yang terlibat dalam kerja protokol OSPF dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Interface:
Setiap router OSPF diidentifikasi oleh area OSPF tempatnya berada dan antarmuka (interface) yang terhubung ke area tersebut. Misalnya, Router A memiliki antarmuka yang terhubung ke Area 0.
2. Hello Protocol:
Router OSPF menggunakan Hello Protocol untuk mengidentifikasi dan berkomunikasi dengan router tetangga di dalam area yang sama. Router mengirimkan pesan Hello secara periodik melalui antarmuka OSPF mereka untuk memastikan konektivitas dengan router tetangga.
3. Pertukaran Database Link-State:
Setelah koneksi dengan router tetangga terjalin, router OSPF bertukar pesan Database Description (DBD) untuk saling memperbarui database topologi link-state. Pesan ini berisi informasi tentang link dan jaringan yang diketahui oleh masing-masing router.
4. Database Link-State (LSDB) Synchronization:
Setelah pertukaran DBD selesai, router OSPF melakukan sinkronisasi database topologi link-state (LSDB) dengan membandingkan dan menyamakan informasi yang diterima dari router tetangga. Hal ini memastikan bahwa setiap router memiliki informasi yang sama tentang topologi jaringan.
5. Perhitungan Jalur Terpendek:
Setelah database topologi link-state terdistribusi, setiap router OSPF menggunakan algoritma Dijkstra untuk menghitung jalur terpendek ke setiap tujuan dalam jaringan. Router menghitung metrik berdasarkan faktor-faktor seperti bandwidth, delay, atau beban jaringan untuk menentukan jalur terbaik.
6. Pembentukan Tabel Routing:
Berdasarkan hasil perhitungan jalur terpendek, setiap router OSPF membangun tabel routing OSPF. Tabel ini berisi informasi tentang tujuan, jalur terbaik, dan metrik untuk setiap tujuan dalam jaringan.
7. Konvergensi:
Setelah beberapa putaran pertukaran informasi OSPF, semua router mencapai konvergensi di mana tabel routing mereka konsisten. Ini berarti semua router memiliki informasi yang sama tentang topologi jaringan dan telah menghitung jalur terpendek ke setiap tujuan.
8. Pembaruan dan Pemeliharaan:
Selama operasional jaringan, OSPF secara periodik memperbarui tabel routing dan berkomunikasi dengan router tetangga untuk memastikan informasi topologi yang akurat dan penghitungan jalur yang optimal. Jika ada perubahan dalam topologi jaringan, OSPF akan memperbarui tabel routing sesuai.
Dengan prosedur dan teknik ini, router dalam jaringan OSPF dapat secara otomatis menghitung jalur terpendek, mempertahankan konvergensi, dan mengoptimalkan pengiriman data dalam jaringan yang lebih besar dan kompleks.
3. Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP):
Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah protokol routing dinamis yang dikembangkan oleh Cisco Systems. EIGRP dirancang untuk bekerja di dalam jaringan yang kompleks dan dapat mengoptimalkan pengiriman data dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti bandwidth, delay, dan beban jaringan.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang EIGRP:
1. Distance Vector Protocol:
Meskipun EIGRP menggunakan konsep distance vector seperti protokol routing lainnya, seperti RIP, namun EIGRP menggunakan algoritma yang lebih canggih dan efisien. EIGRP menggabungkan kelebihan protokol distance vector dengan aspek-aspek dari protokol link-state, sehingga memungkinkan konvergensi cepat dan penggunaan bandwidth yang efisien.
2. Algoritma DUAL:
EIGRP menggunakan algoritma Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk mempertahankan informasi routing dan memilih jalur terbaik ke tujuan. DUAL memungkinkan router untuk membuat keputusan yang cerdas berdasarkan kualitas jalur dan menyediakan kemampuan untuk mengatasi perubahan topologi dengan cepat.
3. Metrik Kompleks:
EIGRP menggunakan metrik yang lebih kompleks dalam menghitung jalur terbaik. Selain hop count, EIGRP juga mempertimbangkan faktor-faktor seperti bandwidth, delay, reliability, dan beban jaringan. Metrik yang lebih kompleks ini membantu dalam pemilihan jalur yang lebih efisien dan optimal.
4. Pemeliharaan dan Pembaruan Tersebar:
EIGRP melakukan pemeliharaan terus-menerus terhadap tabel routing dan secara efisien menyebarkan pembaruan ketika terjadi perubahan dalam topologi jaringan. Pembaruan EIGRP hanya dikirim ke router yang terpengaruh oleh perubahan tersebut, sehingga mengurangi beban jaringan dan overhead yang terkait.
5. Dukungan untuk VLSM dan Summarization:
EIGRP mendukung Variable Length Subnet Masking (VLSM) yang memungkinkan penggunaan subnet mask yang berbeda-beda dalam satu jaringan. Selain itu, EIGRP juga mendukung summarization, di mana beberapa subnet dapat digabungkan menjadi satu entitas yang lebih besar dalam tabel routing, mengurangi kompleksitas tabel dan overhead jaringan.
EIGRP adalah protokol routing yang powerful dan canggih, terutama dalam jaringan yang kompleks. Keunggulannya termasuk konvergensi cepat, kemampuan pemilihan jalur yang cerdas, dan dukungan untuk fitur-fitur lanjutan seperti VLSM dan summarization. Protokol ini secara luas digunakan dalam jaringan perusahaan yang mengandalkan perangkat Cisco.
Teknik dan Prosedur Kerja Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
Untuk lebih memahmi teknik dan prosedur kerja protocol ini kita bayangkan sebuah jaringan lokal dengan empat router yang menggunakan EIGRP: Router A, Router B, Router C, dan Router D. Setiap router terhubung dengan beberapa subnet yang berbeda.
Teknik dan prosedur yang terlibat dalam kerja EIGRP dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Interface:
Setiap router EIGRP diidentifikasi oleh area dan antarmuka (interface) yang terhubung ke area tersebut. Misalnya, Router A memiliki antarmuka yang terhubung ke Area 0.
2. Neighbor Discovery:
Setiap router EIGRP menggunakan paket Hello untuk menemukan dan berkomunikasi dengan router tetangga dalam jaringan. Router mengirimkan paket Hello secara periodik melalui antarmuka EIGRP mereka untuk menjalin konektivitas dengan router tetangga.
3. Pertukaran Topology Table:
Setelah tetangga berhasil diidentifikasi, router EIGRP pertukaran paket Topology Table yang berisi informasi tentang jaringan yang diketahui oleh masing-masing router. Informasi ini mencakup alamat jaringan, metrik, dan status koneksi.
4. Topology Calculation:
Setiap router EIGRP menggunakan algoritma DUAL (Diffusing Update Algorithm) untuk menghitung jalur terbaik ke setiap tujuan berdasarkan informasi yang diterima dari router tetangga. Algoritma DUAL mempertimbangkan metrik, keandalan, dan kualitas jalur untuk memilih jalur terbaik.
5. Pembentukan Tabel Routing:
Berdasarkan hasil perhitungan jalur terbaik, setiap router EIGRP membangun tabel routing EIGRP. Tabel ini berisi informasi tentang tujuan, jalur terbaik, metrik, dan status koneksi untuk setiap tujuan dalam jaringan.
6. Konvergensi:
Setelah beberapa putaran pertukaran informasi EIGRP, semua router mencapai konvergensi, yang berarti tabel routing mereka konsisten dan setiap router memiliki informasi yang sama tentang topologi jaringan. Router juga memiliki jalur terbaik ke setiap tujuan.
7. Pembaruan Tersebar:
Selama operasional jaringan, jika ada perubahan dalam topologi jaringan, router EIGRP secara dinamis memperbarui tabel routing dan mengirimkan pembaruan hanya kepada router yang terpengaruh oleh perubahan tersebut. Hal ini mengurangi beban jaringan dan overhead yang terkait.
8. Loop Prevention:
EIGRP menggunakan teknik loop prevention, seperti Split Horizon dan Route Poisoning, untuk mencegah terjadinya loop (lingkaran) dalam jaringan. Ini memastikan bahwa paket data tidak terjebak dalam perutean yang tidak terbatas.
Melalui teknik dan prosedur ini, router dalam jaringan EIGRP dapat bekerja sama untuk menghitung jalur terbaik, mempertahankan konvergensi, dan mengoptimalkan pengiriman data dalam jaringan yang lebih besar dan kompleks.
4. Border Gateway Protocol (BGP):
Border Gateway Protocol (BGP) adalah protokol routing eksternal yang digunakan untuk pertukaran informasi routing antara sistem otonom (Autonomous System/AS) di dalam jaringan internet. BGP bertanggung jawab atas pengumuman jalur dan pengambilan keputusan routing yang kompleks di tingkat AS.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang BGP:
1. Pertukaran Informasi Routing Antar-AS:
BGP digunakan untuk menghubungkan sistem otonom yang berbeda dalam jaringan internet. AS merupakan satu set jaringan yang dikelola oleh satu entitas atau organisasi yang memiliki kebijakan routing dan otonomi administratif sendiri. BGP memungkinkan AS untuk bertukar informasi routing dan mengumumkan jalur yang mereka miliki ke AS lain.
2. Path Vector Protocol:
BGP adalah protokol path vector, yang berarti BGP menyampaikan informasi tentang jalur (path) menuju tujuan, bukan hanya informasi hop count seperti protokol routing lainnya. BGP mencatat jalur yang dilewati melalui sistem otonom lain dan menggunakan atribut seperti AS path, next hop, dan metrik untuk memilih jalur terbaik.
3. Pengumuman Jalur:
Dalam BGP, AS mengumumkan jalur yang mereka miliki kepada AS tetangga melalui pesan BGP. AS tetangga kemudian memproses informasi ini dan mengambil keputusan routing berdasarkan kebijakan dan preferensi mereka sendiri.
4. Path Selection:
BGP menggunakan kriteria yang kompleks untuk memilih jalur terbaik menuju tujuan. Faktor yang dipertimbangkan meliputi panjang AS path, preferensi routing, metrik, kebijakan administratif, dan atribut lainnya. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, BGP dapat memilih jalur optimal sesuai dengan kebijakan dan preferensi dari masing-masing AS.
5. Scalability dan Redundansi:
BGP dirancang untuk mengatasi skala yang besar dalam jaringan internet yang luas dan kompleks. Protokol ini mampu mengelola ratusan ribu rute dan memberikan ketersediaan dan redundansi dengan adanya jalur alternatif. AS dapat mengumumkan jalur yang berbeda ke AS lain untuk mencapai tujuan yang sama, sehingga menciptakan redundansi dan ketersediaan jaringan yang lebih baik.
6. Kebijakan Routing:
BGP memungkinkan administrasi kebijakan routing yang fleksibel di tingkat AS. Setiap AS memiliki kebebasan untuk menentukan kebijakan mereka sendiri tentang jalur mana yang mereka terima dan jalur mana yang mereka umumkan. Ini memungkinkan kontrol yang lebih besar atas perutean di dalam AS.
BGP adalah protokol routing yang penting dalam jaringan internet global. Protokol ini memungkinkan pertukaran informasi routing yang kompleks dan pengambilan keputusan routing yang cerdas di tingkat sistem otonom. Dengan BGP, AS dapat mengelola koneksi dan routing dengan lebih baik, serta mengoptimalkan pengiriman data di internet.
Teknik dan prosedur kerja BGP
Mari kita gunakan contoh kasus yang mudah dipahami untuk menguraikan teknik dan prosedur kerja routing BGP:
Bayangkan ada dua penyedia layanan internet (Internet Service Provider/ISP) yang saling terhubung dan menggunakan BGP untuk pertukaran informasi routing: ISP A dan ISP B. Setiap ISP memiliki beberapa router di dalamnya untuk mengelola koneksi dan pengiriman data.
Teknik dan prosedur yang terlibat dalam kerja BGP dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
1. Penyambungan Fisik:
ISP A dan ISP B saling terhubung melalui koneksi fisik, seperti kabel serat optik atau sambungan jaringan. Koneksi ini memungkinkan pertukaran data dan pesan BGP antara kedua ISP.
2. Penetapan Perjanjian Peering:
ISP A dan ISP B menyetujui perjanjian peering, yang menyepakati bagaimana pertukaran lalu lintas antara keduanya akan dilakukan. Perjanjian ini mencakup kebijakan routing, kapasitas yang diijinkan, dan aturan lainnya.
3. Pengumuman Jalur:
ISP A mengumumkan jalur yang mereka miliki ke ISP B, dan sebaliknya. Misalnya, ISP A mengumumkan bahwa mereka memiliki jalur menuju subnet 192.168.1.0/24, dan ISP B mengumumkan bahwa mereka memiliki jalur menuju subnet 10.0.0.0/24.
4. Penerimaan dan Verifikasi Jalur:
Setiap ISP menerima pengumuman jalur dari ISP lain dan memverifikasinya. Mereka memeriksa atribut dan metrik yang terkait dengan jalur tersebut, seperti panjang AS path dan preferensi routing.
5. Path Selection:
Setelah menerima pengumuman jalur, setiap ISP menggunakan kriteria dan kebijakan routing mereka sendiri untuk memilih jalur terbaik menuju tujuan. Kriteria ini mungkin mencakup panjang AS path, preferensi internal, metrik, dan aturan lainnya.
6. Exchange Routing Table:
Setelah dipilih, jalur terbaik ditambahkan ke tabel routing BGP pada masing-masing ISP. Tabel ini berisi informasi tentang tujuan, jalur terbaik, metrik, dan atribut lainnya.
7. Konvergensi:
Melalui proses pertukaran informasi dan seleksi jalur terbaik, kedua ISP mencapai konvergensi di mana tabel routing mereka konsisten dan setiap ISP memiliki informasi yang sama tentang jalur-jalur yang tersedia.
8. Pembaruan dan Pemeliharaan:
Selama operasional jaringan, jika ada perubahan dalam topologi jaringan atau kebijakan routing, ISP melakukan pembaruan tabel routing dan mengirimkan pembaruan hanya kepada ISP yang terpengaruh oleh perubahan tersebut. Ini memastikan informasi routing yang akurat dan mengurangi beban jaringan yang tidak perlu.
Dengan teknik dan prosedur ini, ISP dapat bertukar informasi routing secara efisien menggunakan BGP, memilih jalur terbaik berdasarkan kebijakan mereka, dan memastikan pengiriman data yang optimal antara kedua ISP.
5. Intermediate System to Intermediate System (IS-IS):
Intermediate System to Intermediate System (IS-IS) adalah protokol routing yang digunakan dalam jaringan komputer untuk pertukaran informasi routing antara router di dalam Autonomous System (AS). IS-IS adalah protokol routing yang berbasis link-state dan dirancang untuk mengoptimalkan pengiriman data di dalam jaringan yang besar dan kompleks.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang IS-IS:
1. Jenis Protokol Routing:
IS-IS adalah protokol routing yang berbasis link-state, yang berarti setiap router dalam jaringan mengumpulkan informasi tentang topologi jaringan dan menggunakannya untuk menghitung jalur terbaik ke tujuan. Setiap router menjaga database topologi link-state (Link-State Database/LSDB) yang berisi informasi tentang link dan router di dalam AS.
2. Level Hierarchy:
IS-IS menggunakan hierarki level untuk mengatur dan mengelompokkan router dalam jaringan. Router dapat ditempatkan dalam level yang berbeda berdasarkan skala jaringan dan kebijakan administratif. Setiap level memiliki database topologi sendiri dan informasi routingnya.
3. Pertukaran PDU:
IS-IS menggunakan Protokol Data Unit (PDU) untuk pertukaran informasi routing. Ada dua jenis PDU utama dalam IS-IS: Hello PDU dan Link-State PDU (LSP). Hello PDU digunakan untuk menemukan tetangga dan membangun adjacencies, sedangkan LSP berisi informasi topologi yang dipertukarkan antara router.
4. Algoritma SPF:
IS-IS menggunakan algoritma Shortest Path First (SPF) untuk menghitung jalur terpendek menuju tujuan. Router menghitung jalur terpendek berdasarkan informasi topologi yang diperoleh dari tetangga dan mempertimbangkan metrik seperti bandwidth atau delay.
5. Support untuk IPv4 dan IPv6:
IS-IS dapat mendukung pengiriman data untuk protokol Internet Protocol versi 4 (IPv4) dan versi 6 (IPv6). Ini memungkinkan IS-IS digunakan dalam jaringan yang mengadopsi IPv6.
6. Keamanan:
IS-IS mendukung fitur keamanan seperti autentikasi untuk memastikan bahwa hanya router yang sah yang dapat berpartisipasi dalam pertukaran informasi routing.
IS-IS digunakan secara luas dalam jaringan besar seperti penyedia layanan internet dan jaringan perusahaan yang membutuhkan routing yang efisien dan adaptif. Protokol ini memungkinkan perutean yang optimal di dalam AS dan mengatasi skala yang besar. Dengan menggunakan hierarki level, pertukaran PDU, dan algoritma SPF, IS-IS memungkinkan router untuk mengambil keputusan routing yang cerdas dan memastikan pengiriman data yang efisien.
Teknik dan Prosedur Kerja IS-IS
Mari kita uraikan teknik dan prosedur kerja Intermediate System to Intermediate System (IS-IS) dengan contoh kasus yang mudah dipahami:
Bayangkan sebuah jaringan perusahaan yang terdiri dari empat lokasi: Kantor Pusat (HQ), Cabang A, Cabang B, dan Cabang C. Setiap lokasi memiliki router yang menjalankan protokol IS-IS untuk pertukaran informasi routing.
Teknik dan prosedur yang terlibat dalam kerja IS-IS dalam contoh ini adalah sebagai berikut:
1. Identifikasi Level:
Setiap lokasi di jaringan perusahaan ini memiliki level yang berbeda dalam hierarki IS-IS. Misalnya, Kantor Pusat berada di Level 1, sedangkan Cabang A, B, dan C berada di Level 2. Level ini mengatur dan mengelompokkan router dalam jaringan.
2. Penemuan Tetangga:
Router di setiap lokasi mengirimkan Hello Protocol PDU untuk menemukan tetangga dalam level yang sama. Misalnya, router di Kantor Pusat mengirimkan Hello PDU untuk menemukan tetangga Level 1 lainnya di lokasi yang sama.
3. Pemilihan Designated Intermediate System (DIS):
Dalam setiap level, IS-IS memilih salah satu router sebagai Designated Intermediate System (DIS). DIS bertanggung jawab untuk mengirimkan informasi topologi dalam level kepada tetangga-tetangganya. Misalnya, di Level 1, router dengan ID tertinggi dapat menjadi DIS.
4. Pertukaran Link-State PDU (LSP):
Setelah tetangga dan DIS ditentukan, router dalam level yang sama menukar Link-State PDU (LSP). LSP berisi informasi tentang link dan router di level tersebut. LSP diperbarui secara periodik atau ketika terjadi perubahan dalam topologi jaringan.
5. Konstruksi Database Topologi:
Setiap router mengumpulkan LSP dari tetangga dan membangun database topologi link-state (LSDB). LSDB ini berisi informasi tentang link dan router di level tersebut. Router menggunakan LSDB untuk menghitung jalur terpendek menuju tujuan.
6. Algoritma SPF:
Setiap router menggunakan algoritma Shortest Path First (SPF) untuk menghitung jalur terpendek ke setiap tujuan berdasarkan LSDB. Algoritma SPF mempertimbangkan metrik, seperti bandwidth atau delay, dalam menghitung jalur terbaik.
7. Pembentukan Tabel Routing:
Berdasarkan hasil perhitungan SPF, setiap router membangun tabel routing IS-IS. Tabel ini berisi informasi tentang tujuan, jalur terbaik, metrik, dan atribut lainnya.
8. Konvergensi:
Melalui proses pertukaran LSP dan perhitungan SPF, router di setiap lokasi mencapai konvergensi di mana tabel routing mereka konsisten dan setiap router memiliki informasi yang sama tentang jalur-jalur yang tersedia.
9. Pembaruan dan Pemeliharaan:
Selama operasional jaringan, jika terjadi perubahan dalam topologi jaringan atau kebijakan routing, router mengirimkan pembaruan LSP kepada tetangga terkait. Pembaruan hanya diterima oleh router yang terpengaruh, meminimalkan overhead jaringan.
Melalui teknik dan prosedur ini, router dalam jaringan perusahaan dapat menggunakan IS-IS untuk mengoptimalkan pengiriman data, menghitung jalur terpendek, dan memastikan konsistensi dalam tabel routing. Dengan hierarki level, penemuan tetangga, pertukaran LSP, dan perhitungan SPF, IS-IS memungkinkan router untuk bekerja sama dan mengoptimalkan perutean di dalam jaringan yang lebih besar dan kompleks.
Kelebihan dan kekurangan Routing Dinamis?
Kelebihan dan kekurangan routing dinamis adalah sebagai berikut:Kelebihan Routing Dinamis:
1. Skalabilitas: Routing dinamis lebih cocok untuk jaringan yang besar dan kompleks. Protokol routing dinamis dapat dengan mudah menangani penambahan atau penghapusan router dan subnet, serta mengatur perubahan topologi dengan cepat dan efisien.2. Pemeliharaan yang Mudah: Dalam routing dinamis, pembaruan konfigurasi dapat dilakukan secara otomatis dan terpusat. Pembaruan dapat terjadi secara dinamis saat perubahan topologi terjadi, mengurangi beban kerja administratif dan kesalahan manusia.
3. Adaptabilitas terhadap Perubahan: Routing dinamis mampu mendeteksi perubahan dalam topologi jaringan secara otomatis dan menyesuaikan jalur routing sesuai dengan perubahan tersebut. Ini memungkinkan jaringan untuk lebih responsif terhadap perubahan dalam lingkungan jaringan.
4. Efisiensi Penggunaan Jaringan: Protokol routing dinamis mempertimbangkan faktor-faktor seperti bandwidth, delay, dan beban jaringan saat memilih jalur terbaik. Hal ini dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya jaringan dan memastikan pengiriman data yang efisien.
Kekurangan Routing Dinamis:
1. Overhead Jaringan: Routing dinamis memerlukan pertukaran informasi routing secara terus-menerus antara router. Hal ini dapat menyebabkan peningkatan lalu lintas jaringan dan overhead protokol, terutama dalam jaringan yang sangat besar. Kinerja jaringan dapat terpengaruh jika sumber daya jaringan digunakan secara signifikan untuk pertukaran informasi routing.
2. Kompleksitas Konfigurasi: Konfigurasi routing dinamis biasanya lebih kompleks dibandingkan dengan routing statis. Perlu mengatur dan mengkonfigurasi protokol routing yang sesuai, termasuk pemilihan metrik, area, atau domain routing. Administrasi yang kurang cermat dapat menyebabkan kesalahan konfigurasi dan masalah dalam jaringan.
3. Keamanan: Routing dinamis dapat meningkatkan potensi serangan keamanan, karena ada kemungkinan pengaruh yang lebih besar terhadap tabel routing yang diperbarui secara dinamis. Penyerang dapat mencoba memanipulasi atau memalsukan informasi routing untuk mengalihkan lalu lintas atau mengganggu konektivitas jaringan.
4. Latensi Konvergensi: Konvergensi dalam routing dinamis dapat membutuhkan waktu beberapa detik hingga menit tergantung pada ukuran dan kompleksitas jaringan. Ini berarti ada periode ketika routing tidak stabil atau jalur yang dipilih belum diperbarui. Dalam beberapa kasus, ini dapat mempengaruhi pengiriman data yang sensitif terhadap waktu.
Pemilihan antara routing dinamis dan statis harus dipertimbangkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik jaringan. Routing dinamis memberikan fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar, tetapi juga memerlukan overhead dan konfigurasi yang lebih rumit.
Kapan harus menggunakan routing dinamis?
1. Jaringan yang besar dan kompleks: Ketika jaringan memiliki banyak router dan subnet yang saling terhubung, routing dinamis memungkinkan informasi routing disebarkan secara otomatis di seluruh jaringan tanpa perlu mengonfigurasi setiap router secara manual. Ini memudahkan perluasan jaringan dan pengelolaan perubahan topologi.
2. Perubahan topologi yang sering: Jika jaringan mengalami perubahan topologi yang sering, seperti penambahan atau penghapusan router atau subnet, routing dinamis dapat secara otomatis mendeteksi perubahan tersebut dan mengupdate tabel routing sesuai. Ini mengurangi kerja manual yang diperlukan untuk mengkonfigurasi ulang routing secara manual.
3. Redundansi dan toleransi kesalahan: Routing dinamis mendukung pemulihan otomatis jika ada kegagalan koneksi atau perangkat. Protokol routing akan menemukan jalur alternatif atau memindahkan lalu lintas ke jalur yang tersedia secara otomatis. Hal ini memungkinkan jaringan untuk memiliki keandalan yang lebih tinggi dan toleransi terhadap kesalahan.
4. Mengelola lalu lintas secara efisien: Routing dinamis dapat membantu mengelola lalu lintas dengan lebih efisien dengan memilih jalur terbaik berdasarkan metrik dan kebijakan routing yang ditentukan. Protokol routing akan menyesuaikan jalur sesuai dengan kondisi jaringan saat itu, seperti kecepatan link atau beban lalu lintas, sehingga dapat mengoptimalkan pengiriman paket.
Namun, penting untuk dicatat bahwa keputusan menggunakan routing dinamis atau statis tergantung pada kebutuhan dan karakteristik jaringan. Pada jaringan yang lebih kecil atau sederhana, routing statis mungkin lebih mudah dikonfigurasi dan lebih stabil. Namun, pada jaringan yang lebih besar dan kompleks, routing dinamis dapat memberikan fleksibilitas, efisiensi, dan kemampuan pemulihan yang lebih baik.
Contoh Kasus Routing Dinamis
Salah satu contoh kasus yang relevan tentang routing dinamis dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan Internet di suatu kantor atau rumah dengan beberapa perangkat yang terhubung ke jaringan. Dalam situasi ini, routing dinamis dapat memberikan manfaat yang signifikan.
Misalkan ada jaringan lokal (LAN) yang terdiri dari beberapa komputer, laptop, smartphone, dan perangkat lainnya. Ketika ada permintaan untuk mengakses sumber daya internet, seperti membuka situs web atau mengirim email, setiap perangkat harus menentukan jalur yang optimal menuju tujuan tersebut.
Dalam skenario ini, router yang menjalankan routing dinamis, seperti Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) atau Open Shortest Path First (OSPF), akan bertanggung jawab untuk menghitung dan memilih jalur terbaik ke sumber daya internet tersebut. Router akan bertukar informasi dengan tetangganya untuk memperbarui tabel routing dan memastikan bahwa setiap perangkat memiliki jalur terbaik yang diperbarui ke internet.
Selain itu, jika ada perubahan dalam topologi jaringan, seperti penambahan atau penghapusan perangkat, router dengan routing dinamis akan secara otomatis mendeteksi perubahan tersebut dan melakukan pembaruan pada tabel routing. Ini memastikan bahwa setiap perangkat tetap terhubung ke internet tanpa perlu intervensi manusia.
Dengan demikian, routing dinamis memastikan bahwa penggunaan internet dalam jaringan lokal lebih efisien, pemulihan dari kegagalan lebih cepat, dan pengelolaan jaringan lebih mudah. Hal ini menjadikan routing dinamis sangat penting dalam mendukung konektivitas internet yang andal dan lancar dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Routing dinamis merupakan pendekatan yang efisien dan adaptif untuk mengatur perutean data dalam jaringan. Protokol routing dinamis seperti EIGRP, OSPF, atau BGP membantu jaringan dalam menentukan jalur terbaik, beradaptasi dengan perubahan topologi, dan memastikan konektivitas yang handal.
Routing dinamis memberikan fleksibilitas yang diperlukan dalam jaringan yang kompleks dan terus berkembang, dengan kemampuan untuk mengoptimalkan penggunaan sumber daya jaringan dan mengatasi kegagalan secara otomatis.
Meskipun routing dinamis memerlukan overhead dan konfigurasi yang lebih rumit, keuntungan yang diberikan, seperti skala yang lebih baik, pemulihan yang cepat, dan pengelolaan yang lebih mudah, membuatnya menjadi pilihan yang tepat dalam lingkungan jaringan yang dinamis.
Dengan memahami konsep, teknik, dan manfaat routing dinamis, kita dapat membangun dan mengelola jaringan yang efisien, andal, dan siap menghadapi tantangan masa depan.
No comments:
Post a Comment
Silahkan berkomentar yang sesuai dengan topik, Mohon Maaf komentar dengan nama komentator dan isi komentar yang berbau P*RN*GRAFI, OB*T, H*CK, J*DI dan komentar yang mengandung link aktif, Tidak akan ditampilkan!